Turnamen Catur Melatih Konsentrasi dan Konsistensi Kerja

pHupmas, KPU SURABAYA- Setelah menyelesaikan rangkaian pertandingan bulu tangkis dan tenis meja, masih dalam rangka memperingati HUT RI ke-71, KPU Surabaya menyelenggarakan turnamen catur. Turnamen catur digelar selama satu hari penuh pada Kamis (11/08/2016).
Sebanyak 16 orang menjadi peserta turnamen catur tersebut. Peserta turnamen berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, staf sekretariat, komisioner, hingga mantan kasubbag KPU Surabaya. Pertandingan berjalan alot. Masing-masing peserta berjuang untuk mendapatkan poin kemenangan.
Turnamen catur menggunakan Swiss System. Sistem ini pertama kali dipakai di Zurich, Swiss pada tahun 1895, kemudian dikenal dengan nama Sistem Swiss. Sistem Swiss merupakan sistem terbaik untuk pertandingan catur terutama yang melibatkan banyak peserta. Setiap pemain terus bermain selama jumlah babak yang ditentukan, tidak masalah apakah menang ataupun selalu kalah. Seorang pemain yang kalah pada babak-babak awal, tidak berpeluang untuk bertemu dengan pemain-pemain teratas. Artinya bila kita ingin bermain dengan seorang master, jangan kalah pada babak-babak awal karena lawan kita tetap yang selevel dengan kita.
Setelah melalui pertandingan panjang, akhirnya Turnamen Catur KPU Surabaya Memperingati HUT RI ke-71 tersebut dimenangkan oleh Mochamad Fatoni (Staf Subbag Umum). Sebagai juara kedua adalah Miftakul Ghufron (Komisioner KPU Surabaya). Sedangkan Juara III ada Arif Wijaksono (Staf Subbag Program dan Data).
Peraih Juara Pertama Turnamen Catur Memperingati HUT RI Ke 71, Mochamad Fathoni, mengaku kompetisi catur yang dilaksanakan pada hari Kamis (11/08/2016) cukup ketat dan tak menyangka bisa menyabet juara pertama. “Saya memang senang catur sejak dulu. Bahkan cita-cita saya dulu bisa menjadi juara dunia grandmaster catur, ” kata pria asli Surabaya itu.
Fathoni pun tak sungkan memberi tips ketika bermain catur. Menurutnya dibutuhkan ketenangan ekstra ketika bermain catur, jangan sampai terpancing emosi lawan main. Selain itu, kemampuan bermain catur tidak akan membaik jika dalam diri kita masih ada perasaan minder dari kekalahan dengan lawan, jadi tergantung lawannya kuat atau lemah. Bermain catur memang mengasah otak, semakin terus kita mau belajar semakin mahir.
“Seseorang yang mempunyai sifat raja maka ia akan mampu mensiasati walau lawannya kuat. Istilahnya catur itu ibarat prajurit, harus menyerang atau bertahan dari serangan pasukan lain,” ungkap Cak Toni.
Sementara Miftakul Ghufron, Sang Juara Kedua, mengungkapkan, turnamen catur mengajarkan kepada staf sekretariat KPU Surabaya untuk terus berjuang dan pantang menyerah dalam melaksanakan pekerjaan.
”Tugas penyelenggaraan Pemilu membutuhkan konsentrasi tinggi dan waktu yang lumayan panjang. Turnamen catur ini melatih kita untuk memiliki daya tahan untuk berpikir dalam waktu yang lama namun dibatasi oleh waktu,” tutur Ghufron.
Bapak dua anak itu menambahkan, sebagai penyelenggara pemilu yang berintegritas, catur juga melatih kita untuk bersikap konsisten dan adil. ”Tidak boleh merubah langkah bidak catur setelah diletakkan di papan catur. Sebagai penyelenggara Pemilu kita juga harus konsisten dan adil dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan,” pungkas Ghufron.